penelusuran sejarah Pangeran Purbaya di Condet
Penelusuran jejak tentang Pangeran Arya Purabaya ini di mulai dari Surat Wasiat yang Beliau tulis sebelum pemberangkatan ke pembuangan di nagapatman.
Tertanggal 25 April 1716 yang di sahkan oleh Notaris Reguleth berisi "menghibahkan beberapa rumah dan kerbau di condet kepada anak-anak dan istrinya ".
( De Haan. 1920:250 ).
Sumber. Okezone/new/Fakhri Rezy/12-06-2019
PANGERAN ARYA PURABAYA adalah anak dari Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten
Yang memerintah dari 1651-1683.
Pangeran Arya Purabaya lahir pada tahun 1661 dan Beliau Menikah dengan Raden Ayu Gusik Kusuma anak dari Patih Nelangkusuma dari Kertasura.
Ketika Sultan Ageng Tirtayasa membagi dua tugas pemeritahannya yaitu Pangeran Haji sebagai Putra Mahkota memegang urusan dalam negeri Kesultanan Banten di istana Surosowan dan Beliau beserta Pangeran Arya Purabaya memegang Urusan Luar negeri di Istana Tirtayasa yang merupakan istana lebih kecil.
VoC yang sejak lama mencari kesempatan untuk menguasai perdagangan di Banten mulai mengatur sebuah siasat licik untuk mengadu domba antara Pangeran Haji dan Ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa.
Kemudian mulai mendekati Sultan Haji dan menghasutnya salah satu alasan Sultan Ageng Tirtayasa memisahkan kekuasan dengan hanya membatasi urusan dalam negeri dan luar negeri sebagai tindakan untuk menyingkirkan Pangeran Haji secara perlahan.
Dan pada akhirnya Pangeran Haji terhasut dan dengan dukungan VoC melakukan Kudeta kepada Sultan Ageng Tirtayasa ayahnya sendiri.
Mendengar informasi tersebut Sultan Ageng Tirtayasa segera mengangkat Putra Mahkota baru yaitu Pangeran Arya Purabaya dan bersiap melakukan penyerbuan untuk mengambil alih istana Surosowan.
Istana Surosowan dengan mudah dikuasai pasukan Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Haji melarikan diri ke Loji VoC.
Pasukan Kesultanan mengejar Pangeran Haji ke Loji VoC yang di pertahanan mati- matian oleh pasukan VoC.
Pasukan VoC terdesak dan meminta bantuan pasukan dari Batavia tidak lama kemudian datang dua kapal perang dari Batavia yang di pimpin oleh kapten F. Tack.
Yang kemudian langsung menyerang istana Surosowan.
Sumber. humaspdg.worldpress.com
Keraton atau Istana Surosowan di serang pasukan voc dan tentara dari Batavia lewat laut dan darat.
Pertempuran hebat terjadi. Sultan Ageng Tirtayasa bersama pasukannya bertahan
Perlahan Sultan Ageng Tirtayasa mundur menuju istana atau keraton Tirtayasa.
Tanara dan Pontang menjadi benteng pertahanan atas serbuan pasukan Voc, Batavia dan Pangeran Haji.
Pada tanggal 28 Desember 1682 pasukan yang di pimpin oleh kapten F. Tack, Jongker dan Miichielsz menyerang Pontang, Tanara dan keraton Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya Purbaya mundur kepedalaman yang sebelumnya membakar Istana Tirtayasa.
Perlawanan masih terus dilakukan dengan cara bergerilya sampai Pangeran Haji mengirim 52 orang untuk menjemput Ayah Sultan Ageng Tirtayasa kembali ke istana Surosowan.
Tanggal 14 Maret 1683 Rombongan Sultan Ageng Tirtayasa memasuki Istana Surosowan dan di sambut baik oleh Pangeran Haji.
Tidak begitu lama berselang Pasukan Voc Menangkap Sultan Ageng Tirtayasa di Istana Surosowan dan membawanya ke Batavia.
Sampai beliau meninggal pada tahun 1692.
Kesultanan Banten akhirnya di kuasai Voc
Pangeran Haji yang di angkat sebagai Sultan Banten ( 1682-1687 )terikat perjanjian yang memberatkan dan semua kebijakan harus mendapatkan izin dari Voc.
Dan Monopoli perdagangan di Banten di kuasai oleh Voc dengan mengusir para pedagang lainnya.
Sumber. humaspdg.worldpress.com
Pemerintahan Sultan Haji di warnai kerusuhan dan kekacauan serta tekanan dari Voc yang membuatnya jatuh sakit dan meninggal pada tahun 1687.
Kemudian diangkatlah putra dari Sultan Haji sebagai Sultan di Kesultanan Banten yaitu Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Ab'ul Fadhl Muhammad Yahya. (1687-1690).
Ternyata Pangeran Ratu sangat membenci Belanda di tatanya kembali Banten yang telah porak-poranda.
Berselang 3 tahun beliau jatuh sakit dan meninggal dunia jenazahnya di makamkan di Pasarean Sabakingkin Samping kanan makam Sultan Hasanuddin.
Oleh karena Pangeran Ratu tidak memiliki anak maka di nobatkan adik beliau yang bernama Pangeran Adipati disebut " Kang Sinihun ing Nagari Banten. (1690-1733).
Kita kembali sejenak ke Pangeran Arya Purabaya ( 1661 - 1732 ).
Sumber.De Haan
yang terus Bergerilya menyerang Pasukan Batavia.Menyusuri sungai Cidurian memasuki wilayah Tjondet yang berbatasan dengan Batavia.
Yang pada akhirnya beliau ditangkap di daerah gunung Gede yang di jemput oleh perwira Kompeni dari Bali bernama untung suropati bersama Kapten kompeni.
Akibat perlakuan kompeni yang buruk Untung Suropati tidak Terima dan memberontak yang kemudian Untung Suropati mengantarkan Raden Ayu Gusik Kusuma ke Kertasura sementara Pangeran Arya Purbaya di bawa ke Batavia dan kemudian di buang ke nagapatman Srilanka.
Sumber. Kalakayjasinga.blogspot.com
Demikian kisah perjuangan Pangeran Arya Purbaya yang memiliki banyak property di berbagai daerah dekat perbatasan Batavia masa itu.
Seperti daerah.
1.Tanah di daerah kebantenan, Cilincing
2. Tanah dan Pabrik Gula di daerah Bekasi Selatan.
3. Tanah dan Rumah Tinggal di daerah Condet.
4.Tanah dan Rumah di daerah Kampung Karang Congkak, Karang Satria, Tambun Utara, Bekasi.
5. Tanah dan Rumah di Jatinegara Kaum
6. Tanah dan rumah di citeureup, Bogor.
7. Tanah dan Rumah di Ciluar ( tanah baru) . Bogor.
Sumber. id.rodovid.org
Link. id. rodobid. org
Dengan properti yang menyebar di sekitar perbatasan Batavia tersebut.
Saya berasumsi bahwa
1.perjuangan Pangeran Arya Purbaya secara bergerilya di lakukan di perbatasan Batavia.
2. Tokoh legendaris yang ada di Condet sebagai Pangeran Geger Polong adalah Beliau.
3. Dan makam Ki Tua / Ki Balungtunggal yang di kenal masyarakat Condet sebagai penjaga lahan adalah orang kepercayaan dari Pangeran Arya Purbaya yang sekaligus sebagai guru mengaji Beliau.
4. Karena dalam perjuangan bergerilya indentitas sebenarnya selalu di sembunyikan demi menghindari pasukan kompeni Belanda.
G. J. Nawi 17 Maret 2019
Sejalan dengan asumsi bahwa pangeran Purbaya dari Banten menyamarkan diri dengan nama pangeran geger di Condet.
Sumber. Sejarahjakarta.com
Link. sejarahjakarta. com
Dengan asumsi ini memang bertolak belakang dengan pernyataan arkeologi UI Ali Akbar.
Yang menyatakan bahwa makam ki tua Balungtunggal sudah ada sejak jaman pra sejarah.
Namun penelusuran sejarah harus terus di lakukan karena kita bisa mendapatkan banyak manfaat dari sejarah yang akan mengajarkan kita tentang kehidupan yang kita jalani.
Salam pelestarian sejarah
Kalau bukan kita siapa lagi yang menjaga dan melestarikan.
Untuk Saudara yang suka menonton saya sudah membuat sebuah video tentang tulisan ini.
Ada di channel snb project
Salam hormat
Matsasih.
Komentar
Posting Komentar