Legenda Sejarah Condet
LEGENDA / CERITA RAKYAT CONDET.
Sebagai salah satu warga Condet yang tertarik akan sejarah, saya mencoba melakukan penelusuran sejarah Kampung Condet.
Penelusuran sejarah ini saya mulai dengan mengutip tentang cerita legenda terbentuknya kampung condet yang terbagi dua yaitu Condet Balekambang dan Condet Baru Ampar.
Cerita rakyat itu di tuturkan oleh Babeh Naih Sofyan seorang pelestarian budaya Betawi condet.
Mengawali ceritanya Beliau berkata " Konon katanya pada zaman dahulu di Condet hiduplah seorang Pangeran bernama Pangeran Geger Polong yang mempunyai anak bernama Maimunah yang parasnya cantik jelita.
Kecantikan Maimunah sampai mengundang seorang pangeran dari makasar datang melamarnya nama pangeran tersebut di panggil Pangeran ASTAWANA.
Condet pada waktu itu kampung yang kalau hujan becek dan belok. ( becek artinya genanggan air bercampur tanah dan Belok artinya pakaian yang terkena genanggan air yang bercampur tanah tersebut).
Pangeran Astawana datang melamar
Kemudian Maimunah anak Pangeran Geger Polong bersedia menerima lamaran dari pangeran Astawana dengan satu syarat. Maimunah minta di buatkan jalan agar ketika dia jalan pakainya tidak "belok".dan minta di buatkan "bale ". (Suah tempat peristirahatan). dalam satu hari satu malam.
Mendengar syarat tersebut pangeran Astawana menyanggupi maka di buatkan hamparan batu sepanjang kampung Condet menuju " Bale ". yang letaknya di pinggir sungai Ciliwung dan akhirnya mereka menikah.
Selanjutnya kini kampung yang jalannya banyak hamparan batu di sebut dengan condet batu Ampar ( bebatuan yang banyak tersebar).
Dan tempat didirikannya " Bale ".tadi di sebut Balekambang karena sepintas terlihat seperti " Bale" Yang mengambang di atas sungai Ciliwung.
Dari kisah legenda ini ada beberapa pertanyaan yang perlu di telusuri yang pertama
Siapa ayahanda dari Maimunah ada juga yang menyebut nya Siti Maimunah?
Yang kedua Siapakah Ayahanda dari Pangeran Astawana?
Mari kita mulai dari pertanyaan Pertama
SIAPAKAH AYAHANDA MAIMUNAH?
pada zaman Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1651-1683.
Pangeran Arya Purabaya lahir pada tahun 1661.
Singkat cerita ketika Kesultanan Banten
Terjadi perang saudara antara Pangeran Haji
( Putra Mahkota) dengan dukungan Voc yang melakukan KUDETA kepada ayahanda yaitu Sultan Ageng Tirtayasa .
Kemudian Sultan Ageng Tirtayasa menggakat anaknya juga Pangeran Arya Purabaya sebagai Putra Mahkota menggantikan Pangeran Haji.
Pertempuran hebat terjadi beberapa kali antara pasukan Pangeran Haji dan pasukan Voc dengan Pasukan Kesultanan Banten yang di pimpin langsung oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Peperangan itu cukup lama terjadi sejak tahun 1681 sampai 1683 yaitu ketika Sultan Ageng Tirtayasa di tangkap pasukan Voc di istana Surosowan.
Ada satu pertempuran besar sebelum Sultan Ageng Tirtayasa kembali ke keraton Surosowan.
Yaitu pertempuran di hutan LEBAK yang membuat Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa terbagi menjadi dua bagian.
Pasukan pertama adalah pasukan Sultan Ageng Tirtayasa Pangeran Kulon mundur kearah lawang Taji Jasinga.
Dan Pasukan kedua adalah Pasukan Pangeran Arya Purbaya, Pangeran Kidul dan Syech Yusuf Makassar ( Syech Yusuf Makassar adalah menantu dari Sultan Ageng Tirtayasa yang menjadi Mufti di Kesultanan Banten) mundur melalui pedalaman Lengkong terus ke Muncang dengan tujuan Lawang Taji Jasinga.
Pasukan Pangeran Purbaya, pangeran Kidul dan Syech Yusuf Makassar yang mundur ke cimuncang lalu Jasinga dan terus menelusuri sungai Ci durian dari wilayah ini beliau menuju arah timur tepatnya Jakarta Selatan .
( kartodirjo 1992:208).
Yang melakukan perjuangan memerangi Voc di daerah perbatasan Batavia Seperti Condet , Cilincing, Jati negara kaum dan Bekasi.
Hal ini di bukti dengan kepemilikan tanah dan properti di daerah - daerah tersebut.
Salah satu bukti tersebut adalah surat wasit Pangeran Arya Purbaya mengenai "Hibah beberapa Rumah dan kerbau di daerah Condet kepada anak-anak dan istrinya". Yang di sahkan oleh notaris reguleth tertanggal 25 april 1716.( De Haan 1920:250).
Sebelum pembunganya ke Nagapatman Srilangka.
Berdasarkan penelusuran dari id.rodobid.org
Yang menulis tentang sejarah singkat pangeran Arya Purbaya dan properti yang di milikinya.
Sumber. id. rodovid. org
Dan perjuangan gerilya yang beliau lakukan di wilayah - wilayah perbatasan Batavia yang zaman itu hanya berada di benteng Batavia
( kawasan Kota tua Fatahillah sekarang).
Dalam perjuangan gerilya tentu saja identitas di rahasiakan terlebih lagi beliau bersama istri dan Pasukannya.
Yang menambah keyakinan saya bahwa pangeran Arya Purbaya adalah Pangeran Geger Polong dari semua properti yang dimiliki Pangeran Arya Purbaya hanya yang di Condet yang disebutkan sebagai "Rumah Tinggal". Artinya beliau cukup lama menetap di condet.
Dan sebagai seorang muslim tentunya beliau dan pasukannya wajib melaksanakan sholat termasuk sholat jumat dan kalau ada sholat jumat sudah pasti ada bangunan yang disebut Masjid.
Sampai disini saya kira cukup jelas siapakah ayahanda dari Siti Maimunah alias Maimunah.
Tidak lain tidak bukan Beliau adalah Pangeran Arya Purbaya putra Mahkota dari Kesultanan Banten putra dari Sultan Ageng Tirtayasa.
Dan ibu dari Maimunah adalah Raden Ayu Gusik Kusuma anak dari Patih Nelangkusuma dari Kertasura dan karena siti Maimunah anak seorang Pangeran sudah pasti bergelar Nyi Raden Maimunah
( humaspdg.worldpress.com ).
Selanjutnya Mari kita telusuri pertanyaan Kedua yaitu
SIAPAKAH AYAHANDA PANGERAN ASTAWANA ?
Menurut penelusuran yang saya lakukan Ayahanda dari pangeran Astawana adalah Dato Tonggaro keturunan Raja Gowa dari ayahanda bernama. I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla'pangkana.
Lebih dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin.
Dato Tonggaro lahir pada tahun 1658 Adalah seorang "Puang ". atau Pangeran di Jawa.
Dan Puang yang menjadi ulama atau penyebar ilmu Agama Islam di mendapat gelar "Dato / Datoek".Beliau mempunyai anak Pangeran Astawana yang lahir pada tahun 1683.
Pada masa gubernur Jenderal VOC Cornelis Speelman tahun 1666 berusaha menguasai Kerajaan- kerjaan yang ada di Nusantara antara lain Kesultanan GOWA yang saat itu di pimpin oleh Raja bernama Sultan Hasanuddin.
Peperangan Kesultanan GOWA dan Voc pun terjadi dengan bantuan kerajaan sekitarnya yang juga menentang pasukan VoC yang di sebut Kompeni.
Peperangan cukup lama terjadi sampai pada 18 November 1667 Di lakukan perdamaian Bungaya di daerah Bungaya.
Akibat perjanjian damai yang merugikan Kesultanan GOWA Sultan Hasanuddin akhirnya melakukan peperangan kembali.
Peperangan berlangsung sengit sampai pihak kompeni meminta dukungan pasukan dari Batavia.
Sampai akhir nya benteng pertahanan Sultan Hasanuddin yaitu benteng SOMBAOPU berhasil dikuasai kompeni pada 12 juni 1669.
Melihat kenyataan tersebut akhirnya Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari Tahta kesultanan dan meninggal dunia pada 12 juni 1670.
Dan Kesultanan GOWA di lanjutkan oleh anak Sultan Hasanuddin yang bernama
I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu' yang lahir pada tahun 1656.
Sepeninggal Sultan Hasanuddin kompeni Belanda melakukan kriminalisasi dengan cara melakukan pembuangan keluarga dekat dan putra - putranya Sultan Hasanuddin ke Batavia.
di Batavia VoC membuat perkampungan baru bekas hutan jati yang kemudian di namakan kampung Makasar tahun 1673-1686.
Keluarga Dato Tonggaro antara lain.
Dato Tanjung Kait, Kumpo Dato Depok, Dato Ibrahim Condet, Dato Biru Rawabangke.
Sumber id. rodovid. org
Demikian sejarah singkat Dato Tonggaro ayahanda Pangeran Astawana.
Keberadaan kampung Makassar dan Condet tidak begitu jauh dan masa hidup Pangeran Arya Purbaya dan Dato Tonggaro bisa di katakan satu masa.
Mari kita lihat berdasarkan tahun kejadian.
Pangeran Arya Purbaya lahir tahun 1661 meninggal dunia 18 Maret 1732.
Dato Tonggaro lahir tahun 1658.
Berdasarkan tahun kelahiran Dato Tonggaro lebih tua 3 tahun dari Pangeran Arya Purbaya.
Perjuangan gerilya Pangeran Arya Purbaya dilakukan sejak tahun 1683 di perbatasan Batavia salah satunya di Condet sampai tahun 1716 ketika Beliau berhasil di tangkap oleh kompeni Belanda.
Sedangkan Dato Tonggaro di kirim ke Batavia dan menempati bekas hutan jati disebut Kampung Makasar tahun 1673.
Perjuangan gerilya Pangeran Arya Purbaya 1683.
Hanya selisih 10 tahun lebih dulu Dato Tonggaro menetap di kampung Makasar dekat sekali dengan Condet. 1673.
Dan Pangeran Astawana lahir pada tahun 1683 setelah Dato Tonggaro menetap di kampung Makasar selama 10 tahun.
Kalau di lihat dari masa perjuangan gerilya Pangeran Arya Purbaya sampai beliau tertangkap 1716 - 1683 = 33 tahun.
Dalam kurun waktu 33 tahun tersebut sangat dimungkinkan terjadi perkenalkan antara Pangeran Arya Purbaya dengan Dato Tonggaro mengingat kakak ipar beliau Syekh Yusuf berasal dari Makasar juga,
Sangat mungkin Pangeran Arya Purbaya dan Dato Tonggaro menikahkan anak mereka yaitu Siti Maimunah dengan Pangeran Astawana.
Pangeran Arya Purbaya dari Pernikahan dengan Raden Ayu Gusik Kusuma mempunyai anak berjumlah.
1. Tubagus Muhammad
2. Ratu Kawung
3. Ratu Karantenan
4. Ratu Pajajaran
5. Ratu Pakuan
6. Ratu Fatimah.
Sumber. id. rodovid. org
Satu yang belum terjawab dari semua anak perempuan Pangeran Arya Purbaya yang manakah yang menikah dengan Pangeran Astawana.
Karena bisa jadi nama Siti Maimunah adalah juga nama samaran mengingat dalam kondisi perjuangan gerilya melawan kompeni Belanda.
Sementara sampai disini dulu penelusuran
CERITA LEGENDA CONDET
"Pangeran Astawana dan Siti Maimunah".
Semoga bermanfaat.
Terima kasih
Matsasih
Jikalau berkenan saya buat channel youtube bernama
snb project yang juga menelusuri tentang sejarah dan budaya.
Mohon kunjungi
Snb project. snb project sejarah dan budaya
Mari kita jaga dan lestarikan sejarah dan budaya kita.
Komentar
Posting Komentar