KAMPUNG CONDET sebuah simpul kebesaran Nusantara

Pendahulu
CONDET merupakan wilayah perkampungan masyarakat betawi yang letaknya berada wilayah jakarta timur berada di pinggir sungai Ciliwung. 
Secara geografis condet berbatasan di bagian barat dengan kelurahan Tanjung Barat Jakarta Selatan. 
Berdasarkan SK Gubernur DKI jakarta nomor 881/2019 terbagi menjadi 5 kelurahan dengan dua kecamatan yaitu
1. Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo 
2. Kelurahan Balekambang Kecamatan Kramat jati
3. Kelurahan Batu Ampar kecamatan Kramat jati
4.Kelurahan Tengah kecamatan Kramat jati
5. Kelurahan Cililitan kecamatan Kramat jati

Dari sisi masyarakat pada awalnya masyarakat condet merupakan masyarakat Sunda beragama Sunda Wiwitan hal ini karena condet masuk dalam wilayah kekuasaan kerajaan Sunda yaitu kerajaan tanjung jaya yang letaknya di tanjung barat jakarta selatan tidak berapa jauh dari kawasan condet sekarang. 
Kemudian datang Kanjeng Sunan Gunung Jati Sultan Cirebon kedua bersama pasukannya dalam rangka menuju banten dan mendirikan Kesultanan Banten 1522-1526M. 

Maka masyarakat condet menjadi masyrakat yang memiliki kolaborasi budaya antara sunda dan cirebon. 
Pada Masa pangeran Jayakarta 1 fatahillah kemudian di teruskan oleh Dato Husein Jayakarta ke 2 Condet menjadi Sentral dari Pertimbangan Pembangunan KERATON JAYAKARTA sekaligus tempat bermusyawarah menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di Jayakarta.

Ketika voc datang ke banten 1602 M
kemudian pada era voc menguasai Batavia termasuk condet di jadikan lokasi pembuangan bagi keluarga dari Sultan Hasanuddin kerajaan Gowa-Tallo. 
Maka budaya condet bertambah lagi dengan warna makasar selanjutnya tahun 1700M masuk para pekerja dari China Dengan kapitannya bernama Ni Hu Kong sebagai pekerjaan perkebunan gula. Tidak berapa lama berselang masuk juga para pedagang dari Arab dengan Kapitan Arab pertama yang ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia adalah Said Naum selama periode 1844-1864. Ia digantikan oleh Muhammad bin Abubakar 'Aydid untuk periode 1864-1877. 
Dan seterusnya orang Melayu, bali, ambon dan lain-lain datang ke Batavia di bawa oleh VOC. 
Inilah yang menjadi warna kebudayaan betawi yang baru di kenal sebagai sebuah suku Betawi pada abad 19 M. 

Pola kehidupan berbudaya masyarakat condet masih menjaga adat istiadat tradisi warisan leluhurnya
Hal ini dapat di buktikan dengan keberadaan sanggar, komunitas seni budaya betawi seperti sanggar Firman muntaco di kelurahan condet Balekambang, sanggar Cahaya muda di kelurahan condet batu Ampar, sanggar Babe Nawi di kelurahan gedong 
Serta beberapa Perguruan silat yang kian banyak di condet seperti Perguruan Silat silo macan, iposi, deprok gedong, haji ridwan dan yang lainnya. 
Selain sanggar dan Perguruan silat di condet saat ini banyak juga bermunculan komunitas masyarakat yang perduli akan lingkungan dan alamnya seperti Komunitas Perduli Ciliwung, ada juga kebon Kong cemen, padepokan ciliwung condet, ciliwung institut, jawara peci ( jaringan warga pecinta ciliwung). Komunitas Rojali  Gedong( rombongan jaga kali gedong) 
Serta Taman Argo wisata di jalan batu Ampar satu. 

Untuk bidang keagamaannya khusus agama Islam hampir di setiap masjid dan musholah mengadakan acara pengajian. 

Untuk bidang kuliner condet memiliki dodol, emping, sate tupat, gabus pucung, pecak gurame dan lain-lain. 

Dengan meningkatnya keperdulian masyarakat condet akan budaya betawinya sehingga sampai saat ini kita masih bisa melihat pola hidup masyarakat betawi lengkap dengan adat istiadatnya. 

Dan kawasan condet juga memiliki cukup banyak makam/ makom yang dapat di usulkan menjadi lokasi cagar budaya seperti
1. Makam/ makom Kramat di kampung kramat yang kini nama daerahnya berganti cililitan kecil. 
2. Makam / makom dato geong dan Dato basrah di kelurahan batu Ampar 
3. Makam/ makom dato husein dan dato ibrahim di kelurahan Balekambang
4. Makam/ makom pangeran astawana dan ki tua atau ki sya ban di kelurahan Balekambang
5. Makam/ makom Karang tengah di kelurahan tengah
6. Makam/ makom dato meerah di kelurahan tengah
7. Makam/ makom dato Siren di kelurahan gedong. Tepatnya di belakang situs rumah kampung gedong ( tanjung Oost) 

Dan tak kalah menarik di condet juga memiliki situs tandjong Oost peninggalan Tuan Tanah partikelir era Batavia abad 18 M yang terbakar pada tahun 1985 menyisakan puing-puing saja saat ini 
Namun masih ada artefak yang utuh berupa meja batu dan batu penggilingan tebu. 

Dan bersama dengan situs bangun rumah Belanda tandjong oost tersebut juga ada waduk surilang dengan luas 2.5 hektare berada di kelurahan Gedong. 

Begitu menariknya kawasan condet ini membuat para pencinta sejarah berasa menemukan harta karun

Apalagi jika kita membahas sejarah berdiri Pesantren TAPAK SUNAN di kelurahan balekambang yang terus berkembang menghasilkan generasi muda yang berkualitas tangguh secara jasmani dan rohani. 

Semoga dengan begitu besar potensi sejarah dan budaya yang ada di condet dapat sama-sama kita jaga dan lestarikan
Karena budaya merupakan warisan leluhur kita yang juga harus kita warisan kepada anak cucu kita kelak. 

Snb project, September 2021

DAFTAR ISI

1. Sejarah Condet
2. Para Dato dan makam/ makom Kramat yang ada di condet
3.Adat dan tradisi condet
4. Seni Budaya betawi Condet
5. Arsitektur bangunan rumah betawi condet
6. Kuliner khas betawi condet
7. Artefak condet
8. Alam dan Tumbuhan di condet
9. Gerakan Pelestarian budaya betawi condet
10. Lokasi Destinasi wisata condet
11. Keragaman Budaya condet
12. Masjid bersejarah di condet
13. Pondok pesantren Tapak Sunan
14. Komunitas yang ada di condet
15. Lokasi dan acara kebudayaan di condet
16. Penutup

SEJARAH CONDET
kawasan condet merupakan bagian dari Kerajaan Sunda sejak masa raja pertamanya bernama TRARUSBAWA sekitar  932  M berdasarkan prasasti kebon kopi 2 yang beribukota di Pakuan Pajajaran yang sekarang kita kenal dengan nama Bogor. 
Dan pernah juga beberapa kali pindah ibukota di Kawali Galuh dan Saunggala kuningan tergantung kehendak sang Maharaja dari Kerajaan Sunda tersebut karena pada awal berdiri Kerajaan Sunda yang meneruskan Kerajaan Tarumanagara ada salah satu Kerajaan bernama Kerajaan KENDAN dengan rajanya bernama wertikandayun memisahkan diri dari Kerajaan penerus TARUMANEGARA tersebut yang bernama Kerajaan Sunda. dengan nama Kerajaan GALUH dengan rajanya wertikandayun alias dia sendiri. 
selanjutnya puncak kekuasaan kerajaan SUNDA berpindah antara keturunan dari RAJA TRARUSBAWA dan RAJA WERTIKANDAYUN hal ini yang menyebabkan perpindahan ibukota kerajaan SUNDA tersebut. 
Agama kerejaan Sunda Hindu, budha dan Sunda Wiwitan. 
Dengan bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda Kuno, Jawa kuno dan Melayu kuno. 
Serta mata uang nya berupa emas dan perak. 



Melihat kawasan condet dari catatan sejarah tersebut dan di gabungkan dengan cerita rakyat yang sampai kini masih beredar di masyarakat condet legenda pangeran Astawana dan Maimunah. 

Ada dua pertanyaan yang menarik 
1. Apa agama leluhur masyarakat condet pada masyarakat Kerajaan SUNDA tersebut..? 
2. Terkait dengan penaklukan ibukota kerajaan Sunda oleh Maulana yusuf 1579 M..? 
Dan penaklukan pelabuhan Banten oleh Maulana Hasanuddin di bantu Sultan Cirebon kedua Kanjeng Sunan Gunung jati yang merupakan ayahandanya yang kemudian mendirikan Kesultanan Banten dengan Sultan pertama adalah Sultan Hasanuddin.
Dan pasukan Kerajaan DEMAK  dibantu Kesultanan Cirebon menaklukan pelabuhan Sunda Kelapa di pimpin oleh Fatahillah pada 22 juni 1527 M. 

Mari kita kembali mencari jawaban dari pertanyaan tentang Apa agama leluhur masyarakat condet? 
Pertama 
Saya kutip keterangan dari Babe Naih Sofyan seorang budayawan dari kelurahan batu Ampar
Beliau mengatakan "orang condet mah islam baru kemaren ".
Kemudian saya coba gali keterangan tersebut lebih jauh apakah agama Hindu atau budha nyatanya sampai detik ini belum pernah di temukan candi atau patung di kawasan condet. 

Kemudian saya bertanya lagi kebabe Naih Sofyan jadi agamanya apa be..? 
Katanya " Percaya aja ama satu Tuhan dan mengaji diri atau ngaji rasa serta doanya mengunakan  jejawokan berupa mantra untuk pengobatan dan lain lain secara spiritual. 
Berikut ini adalah contoh jejawokan / mantra tersebut. 

#pengabar ngabarin kuringin kurung pengadeku si Bima roda kiriman kiri singaroda dungka rangpak pak ringpek ya ingsun pupubayu nurasi ruresa mangku sasi reprepsirep sekabeh kabeh na#

Satu lagi 

Nyat nyet nyot jambalu jambalunyet potong padi potong ketan, kalau jadi masuk setan

Salah satu permainan anak tempo dulu. 


Melihat keterangan tersebut walaupun cukup jauh masanya kesimpulan sementara saya bahwa agama leluhur masyarakat condet lebih dekat kepada Sunda Wiwitan yang merupakan ajaran yang menuhankan satu Tuhan dan menjaga alamnya seperti yang di lakukan oleh suku Baduy yang merupakan ke mandala kerajaan Sunda terakhir. 
Dengan praktek peribatanya bersemedi atau menyendiri di tempat seperti goa atau tempat yang dianggap layak untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. 
Selengkapnya tentang ajaran Sunda Wiwitan
Bisa di lihat di link berikut ini

Ajaran Sunda Wiwitan juga sangat mirip dengan Agama Kapitayan yang merupakan agama purba di Nusantara. 
Berikut linknya

Data sumber penelusuran saya yang kedua Terkait dengan PESANTREN TAPAK SUNAN yang menurut video profile dari pesantren tersebut bahwa wilayah yang sekarang di jadikan pesantren dahulu merupakan tempat persinggahan dari sunan Gunung jati yang melakukan perjalanan dari cirebon menuju Banten. 
Keterangan singkat tentang 
Kanjeng Sunan Gunung Jati Sultan Syarif Hidayatullah atau sayyid al kamil lahir pada tahun 1448 M 
Dari ayahandanya bernama Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alam dan ibunda nya Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran (yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Mudaim).

Sunan Gunung jati ternyata adalah Sultan cirebon kedua yang di nobatkan pada tahun 1479 M dengan gelar MAULANA JATI. 
Beliau menjadi Sultan sejak 1479 M sampai dengan 1568  M  sekitar 89 tahun. 

Beliau berjalan dari cirebon bersama pasukannya dan juga berbagi tugas dengan pasukan fatahillah yang bertugas merebut pelabuhan Sunda Kelapa dari Portugis sedang sunan Gunung jati bertugas untuk menaklukkan Pelabuhan banten  dari kerjasama Kerajaan Pajajaran dan Portugis yang prasasti ada di musium nasional

Setelah pelabuhan Banten di kuasai maka di nobatkan putranya Sultan Hasanuddin sebagai Sultan Banten pertama yang kemudian di lanjutkan oleh putranya bernama MAULANA YUSUF  sebagai Sultan Banten ketiga yang kemudian berhasil menaklukan kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran tahun 1579 M

Dan suku Baduy merupakan sisa dari kemandala Sunda yang tetap beragama Sunda Wiwitan hingga kini dengan kitabnya bernama shanghyang siksakandang yang berlokasi di lebak Banten. 

Dari keterangan PENGURUS PESANTREN TAPAK SUNAN ini kita bisa menghitung perkiraan tahun kedatangan Sunan GUNUNG JATI Sultan ke dua Cirebon di condet. 

1479 di nobatkan sebagai Sultan cirebon
1527 menaklukkan pelabuhan Banten
Ada waktu sekitar 48 tahun dari masa  penobatan Sunan Gunung jati dan masa penaklukan pelabuhan Banten. 

Dan condet salah merupakan posisi strategis
Yang harus dibangun sebagai kekuatan untuk mendukung ataupun menghadang pasukan Kerajaan Sunda membantu Portugis dalam mempertahankan pelabuhan Sunda Kelapa 
Yang berhasil di takluk Fatahillah tahun 1527 bulan Juni tanggal 22 tersebut. 

Hal ini menjawab pertanyaan saya tentang kesamaan nama dari wilayah condet balekambang dan condet batu Ampar dengan nama balekambang dan batu Ampar yang ada juga di cirebon. 

Sangat jelas terlihat hubungan kuat condet dan Kesultanan Cirebon serta Kesultanan Banten dan fenomena banyaknya Makam/ makom Keramat dato di condet yang konon kabar merupakan murid atau santri khusus dari kanjeng SUNAN GUNUNG JATI atau Sultan Cirebon kedua untuk menjadi pasukan taktis Yang dapat di perbantukan untuk perjuangan melawan Kerajaan Sunda Pajajaran dan Portugis. 1527 - 1579 M. 

Sumber. 

Dan sangat mungkin juga nama Ciondet di berikan oleh Sunan Gunung jati sebagai lokasi pasukan Cirebon yang ada di wilayah kerajaan Sunda. 
Dan pasukan Cirebon yang beragama Islam melebur dengan masyarakat condet yang beragama Sunda Wiwitan tak semudah yang kita bayangkan tentu ada proses adaptasi kedua agama tersebut melebur hingga menjadi condet yang beragama Islam sekarang. 

Kesaktiannya para penganut ajaran Sunda Wiwitan tak boleh dipandang remeh saya menduga kesaktiannya tergolong tinggi karena kedekatannya kepada Tuhan dan Alam. 
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pasukan Cirebon oleh sebab itu Kanjeng Sunan Gunung Jati turun langsung dengan membawa santri terbaiknya yang kita kenal saat ini sebagai Dato dato dan Keramat nya yang ada di sekeliling kampung Condet. 
Dan jejak makam ki syaban atau aki tua atau ki balung tunggal pejaga kampung menjadi salah satu pertanda adanya perkampungan di condet sebelumnya lokasi makam tersebut berada di pinggir sungai Ciliwung kelurahan balekambang. 

JEJAK PARA DATO DI CONDET
Berdasarkan cerita lisan yang ada di masyarakat condet pada masa awal kedatangan Kanjeng Sunan Gunung jati atau Syarif Hidayatullah atau Sultan Cirebon kedua ke condet dalam rangka perjalanan menaklukkan pelabuhan Banten sekaligus mendukung Penakluk pelabuhan Sunda Kelapa oleh Fatahillah tahun 1527 M yang saat itu kedua pelabuhan tersebut di miliki oleh kerajaan Sunda. 

Ada yang menarik pada salah satu raja kerajaan Sunda tersebut yang bernama PRABU JAYA PAKUAN atau"bujangga Manik". Yang lebih memilih hidup sebagai seorang resi dan melakukan perjalanan keliling Jawa dan bali . 1579 M. 
Naskah ini ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, dan saat ini disimpan di Perpustakaan Bodley di Universitas Oxford sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977: 181). Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 lembar daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata ditulis dalam bahasa Sunda. 
Kemudian Prabu jaya pakuan atau Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha  sekarang Gunung Ciremai kuningan sampai akhir hayatnya.

Sumber 

Kita kembali kepada cerita lisan masyarakat condet tentang keberadaan Para Dato di condet. 
Pada masa awal kedatangan Kanjeng Sunan Gunung Jati sebelum tahun 1527 M. Mereka adalah
Menurut mpo tini, tujuh santri (datuk tujuh) itu 
1.Datok Tonggara
2.Datuk jiin
3.Datuk kudul
4.Datuk Raiman
5.Datuk giong
6.Datuk rawa sepat
7.Datuk Husein
Mari kita bahas sejarah dan Makam/ Makom Dato tersebut masing-masing. 

DATO TONGGARO
Makam/ Makom nya berada di kelurahan kampung Makasar kecamatan kramat Jati. 
Beliau merupakan anak dari Sultan Hasanuddin Kejayaan Gowa-Tallo berada dibawah pemerintahannya (1653-1669 M) dan setelah kekalahan perang melawan VOC seorang pangeran yang di bawah oleh voc Belanda ke bekas hutan jati di kawasan Batavia yang kita kenal sekarang sebagai kelurahan kampung Makasar kecamatan kramat Jati bersama saudaranya
Sekitar tahun 1673-1686 M

Sumber. 

Kini makam Dato tonggaro tersebut yang terletak di belakang kecamatan kramat jati kelurahan Makasar jakarta timur itu telah menjadi cagar budaya. 

Sumber

Sementara pembahasan tentang Dato Tonggaro sampai disini. 
Nanti kita akan lanjutkan kembali setelah data dari cerita lisan masyarakat saya dapatkan. 

Mari kita lanjutkan dengan 

DATO JIIN
Dato JIIN merupakan salah satu Dato yang ada di condet konon kabarnya beliau yang membangun masjid pertama di condet bersama Dato KUDUL dan di makamkan di depan masjid tersebut. 
Masjid itu hingga kini masih ada di condet posisinya ada di wilayah condet batu Ampar nama masjidnya AL KHAIRAAT. 
Karena Dato JIIN merupakan Dato awal di masa kanjeng sunan Gunung jati ada di condet
Maka tahun nya sekitar 1527 M. 

DATO KUDUL

data tentang Dato KUDUL yang makamnya di depan masjid Jami Alkhairaat di kelurahan batu Ampar persisi di depan Masjid tersebut bersama makam Dato JIIN. 
Tentang perjuangannya menyebarkan agama Islam di perkampungan betawi condet yang beragama Sunda Wiwitan telah di lakukan setidaknya sejak tahun 1527 M
Dan posisi bangun masjid ini di yakini sebagai masjid pertama di condet sebagai wadah musyawarah para Dato yang ada di condet. 
Dalam melakukan penyebaran agama Islam di kawasan masyarakat condet dan sekitarnya. 

DATO RAIMAN
Seorang dato yang berasal dari sumedang  dan menyebar agama Islam di condet. 
Makamnya berada di jalan jembatan 3 condet balekambang Jakarta Timur. 

Dan mengajarkan pola hidup sederhana dengan ajaran yang di warisan turun temurun berupa, Haqqulloh, Nurulloh dan Qidratulloh. 

Makamnya di perkiraan sudah 150 tahun Pada Agustus 2016.

DATO GEONG
Merupakan salah satu Dato penyebar Islam yang ada di condet. 
Makamnya berada di jalan kekeran kelurahan batu Ampar di dekat Mushola as saadah
Untuk bidang keilmuan khusus saya belum berhasil mendapatkan nya
Dan didekat makam / makom beliau ada juga makam Dato basrah. 

DATO RAWA SEPAT
Tentang Dato rawa sepat ini saya belum mendapatkan keterangan. 

DATO HUSEIN
Husan merupakan ayahanda dari Dato ibrahim yang berasal dari Kesultanan Banten. 
Dato husein merupakan salah satu Dato yang rajin mencatat sehingga dari catatan beliau inilah kita akan menelusuri lebih dalam tentang sejarah para Dato yang ada di condet. 

Makamnya berada di jalan raya condet kelurahan balekambang kramat jati jakarta timur. 

Era masa para Dato ini sekitar tahun kedatangan Sunan Gunung jati ke condet antara tahun 1479 M ketika beliau di nobatkan sebagai Sultan Cirebon kedua. 
Yang melahirkan para Dato di condet dan sekitarnya yang kemudian diteruskan oleh anak cucu para Dato tersebut hingga perjuangan melawan VOC Belanda di Batavia sampai abad 20 M atau masa kemerdekaan Indonesia. 

#Catatan sejarah ini merupakan rintisan yang membutuhkan dukungan data dari berbagai pihak yang perduli akan sejarah bangsa Indonesia tercinta#.

Mari sama-sama kita cari dan sebarkan sejarah Indonesia untuk membangun pemahaman menuju masyarakat Indonesia yang perduli akan asal usulnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tjondet di kenal sejak tahun 1683

Haji Entong gendut Pahlawan dari Condet 1916